ETIKA DALAM BERPIDATO
1. Etika berpidato depan umum meliputi: (a) Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih dan sopan; (b) Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati: (c) Menyisipkan beberapa humor segar dalam pidato: (d) Gunakan kata-kata yang sopan, halus dan sederhana, (e) Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan lain-lain.
2. Etika Berpidato di depan pejabat : (a) Menghilangkan rasa rendah diri; (b) Jangan tampil seolah-olang menggurui, sikap lebih tahu dan lain-lain; (c) Jangan terlalu memberikan penghormatan yang berlebihan pada audience.
3. Berpidato di depan Pemuka Agama; (a) Jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung umat beragama; (b) Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama tertentu; (c) Perbanyak istilah-istilah keagamaan.
4. Etika Berpidato di depan para wanita. Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan martabat wanita; menggunakan istilah-istilah yang tepat seperti ibu-ibu atau
saudari sekalian; hindari kata-kata kasar, kurang senonoh dan kurang sopan;
5. Etika berpidato di depan Pemuda/Mahasiswa. Pidato harus mengutamakan penalaran yang berkaitan dengan dunia anak-anak muda; Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang; Jangan mengkritrik dan menyalahkan anak-anak muda.
6. Etika Berpidato di depan masyarakat Desa. Jangan berbohong; Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, kapan perlu sisipkan beberapa istilah dalam bahasa setempat. Yang perlu mendapat perhatian adalah : (a) Posisi Berbicara. Seorang pembicara harus sedapat mungkin dilihat oleg semua audience. Kalau boleh tidak duduk, usahakan untuk berdiri, agar semua audience dapat menatap wajah dan penampilan pembicara; (b) Mengatur Suara Dalam Berpidato. Usahakan mengeluarkan suara dengan jelas, tegas, dan nyaring dan sesuaikan dengan ruang pertemuan, apakah ruang kecil atau ruang aula yang luas dan besar; (c) Volume, Intonasi dan Pelafalan. Pada saat berpidato, usaha mengatur Volume suara, intonasi, dan
pelafalan; (d) Sisipkan humor yang sopan, segar dan relevan; (e) Gerak Tubuh, seperti tangan, telapak tangan, jari, kepala, raut muka, dan lain-lain juga mendukung daya tarik dalam berpidato, namun jangan terlalu berlebihan, dan harus sesuai dengan apa yang dibicarakan; (f) Penggunaan Mikropon. Bila ada mikropon, gunakanlah dengan sebaik-baiknya, dan jangan menempel dimulut, namun agak jauh dari mulut pada saat berbicara agar suaranya bagus; dan (g) Bila ada slide (berupa OHP dab LCD), alat peraga, papan tulis, sangat efektif untuk menunjang kegiatan saat berpidato.
Pada saat kita membaca sebuah buku atau mendengar ceramah tentang teknik berpidato, tampaknya sangat sederhana. Akan tetapi pada saat kita akan mempraktekkannya, kita akan menemui berbagai kendala.
Diantaranya kurang menguasai materi, kurang menguasai massa, tidak terbiasa berdiri di depan orang banyak, bagaimana mengatur sistematika pembicaraan, mengatur suara, dan lain-lain. Semua syarat ini akan
membuat suasana menjadi rumit. Yang paling penting kita belajar dari suasana yang sederhana dan kecil. Setiap ada orang berpidato, baik sebagai baik sebagai pemakalahan, maupun menyampaikan kata sambutan
sebaiknya kita perhatikan dan mencoba menilai kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya kita ambil sebagai contoh, sedangkan kelemahannya kita abaikan. (*).
*) PNS di Pemprop Kalteng.
0 Tanggapan to “Menyampaikan Gagasan Dengan Pidato (2)”